Selasa, 02 April 2013

Konservasi Arsitektur

The Batavia Hotel

Lokasi    : Jl. Kali Besar Barat No. 44 - 46, Jakarta

Arsitek   : Tak Diketahui


Sekilas mengenai The Batavia Hotel
     Batavia merupakan salah satu istilah lama Jakarta yang mendapat pengaruh kuat dari Belanda. Dahulu, pengunjung dari Belanda tiba di pelabuhan Sunda Kelapa untuk berdagang rempah-rempah. Pada masa itu, rempah-rempah sangat digemari di Eropa dan merupakan barang yang teramat berharga bagi mereka. Pada tahun 1618, Belanda memenangkan pertempuran dan mengambil alih Jayakarta ( nama lain Jakarta ) dan mengubah namanya menjadi BATAVIA.
     Nama Hotel Batavia bersumber dari salah satu istilah lama untuk Jakarta. Hotel ini memiliki likasi yang strategis di Kawasan Bisnis Kota yang juga terletak dalam lokasi Kota Tua Jakarta, kawasan komersial daerah pecinaan di Jakarta. Pada awalnya The Batavia Hotel ini bernama Hotel OMNI Batavia. Hotel OMNI Batavia ini berganti nama menjadi The Batavia Hotel pada bulan May 2001. Hal ini dikarenakan Managemant yang lama (OMNI Management) sudah berakhir masa kontraknya, sehingga Management OMNI Marcopolo tidak lagi dipakai.

Gambar 1. The Batavia Hotel

\
Arsitektur The Batavia Hotel
     The Batavia Hotel ini didirikan diatas area seluas 7.899 m² / acre dan luas bangunannya seluas 32.421 m². Tujuan didirikannya Hotel adalah untuk memenuhi permintaan pangsa pasar pariwisata yang bernuansa zaman colonial Belanda dengan budaya Betawi. Hotel Batavia Jakarta terlahir dari impian untuk menciptakan properti hotel yang ikut melengkapi dan mendukung identitas sejarah Kotatua. 
     Hotel Berbintang Empat Indonesia yang bergaya khas arsitektur 47 Belanda yang kental ini berusaha membimbing dan menarik pengunjung untuk turut merasakan warisan Kotatua yang menakjubkan.Kalau di perhatikan dari jalan tol lingkar utara, arsitektur hotel menganut gaya Eropa barok yang berbentuk bundar. Ini amat mudah dideteksi, dari ukiran, profil pada kolom yang dihiasi patung romawi dan tidak lupa pintu lobby dibuat dengan lekuk setengah bundar lurus ke bawah. Karakter klasik nan elegan bercampur dalam perpaduan ini. Demikian pula bagian interiornya yang berkiblat ke gaya Eropa dari beberapa negara. Untuk furnitur di lobi, restoran, lounge dan kamar menyemburatkan nuansa klasik modern.
     Dari keunikan itu kita bisa ambil kesimpulan bahwa lahan yang terbatas ternyata tak cukup membendung keinginan pengelola hotel untuk menuangkan impian akan kreasi-kreasi artistiknya. Meski hotel berada diwilayah padat, interiornya sanggup membuat tetamu serasa di Eropa.

Gambar 2. Tampak Depan Bangunan

Gambar 3. Tampak Depan 

Gambar 4. Detail Batavia Hotel

Gambar 5. Batavia Hotel Dilihat Dari Kali Besar Barat

Gambar 6. Kondisi Jalur Masuk Batavia Hotel



Sumber :
http://saungpost.wordpress.com/2009/04/03/hotel-batavia/
http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2010-1-00741-SI-Bab%203.pdf







Selasa, 29 Januari 2013

Kritik Arsitektur



Sekilas Tentang Kritik Arsitektur

Kritik merupakan rekaman dari tanggapan terhadap lingkungan buatan (built environment). Kritik meliputi semua tanggapan termasuk tanggapan negatif dan pada hakekatnya kritik bermaksud menyaring dan melakukan pemisahan. Ciri pokok kritik adalah pembedaan dan bukan penilaian (misalnya : reaksi penduduk terhadap rancangan pemukiman dilakukan dengan metode penyampaian tanggapan).
Metode kritik arsitektur terdiri dari :
  • Kritik Normatif; kritik ini berdasarkan pada pedoman baku normatif.
  •  Kritik Penafsiran atau Kritik Interpretif; kritik ini merupakan penafsiran dan bersifat pribadi.
  • Kritik Deskriptif; bersifat tidak menilai, tidak menafsirkan, semata-mata membantu orang melihat apa yang sesungguhnya ada, menjelaskan proses terjadinya perancangan bangunan.
Pada kesempatan kali ini saya idak akan membahas lebih mendalam satu persatu metode krtik arsitektur. Saya hanya akan membahas salah satu metode dari kritik arsitektur, yaitu Kritik Interpretif atau bisa disebut Kritik Penafsiran pada bangunan Museum Serangga yang berlokasi di Taman Mini Indonesia Indah.

Sekilas Mengenai Kritik Interpretif 

Hakikat Metode Kritik Interpretif
  • Kritikus sebagai seorang interpreter atau pengamat yang sangat personal
  • Bentuk kritik cenderung subjektif namun tanpa ditunggangi oleh klaim doktin, 
  • klaim objektifitas melalui pengukuran yang terevaluasi
  • Mempengaruhi pandangan orang lain untuk bisa memandang sebagaimana yang kita lihat
  • Menyajikan satu perspektif baru atas satu objek atau satu cara baru memandang bangunan 
  • Melalui rasa artistiknya mempengaruhi pengamat merasakan sama sebagaimana yang ia alami
  • Membangun satu karya “bayangan” yang independen melalui bangunan sebagaimana miliknya
Di dalam metode kritik interpretif ada 3 teknik yang digunakan yaitu :
     - Advocatory; Kritik ini tidak diposisikan sebagai bentuk penghakiman (judgement).
                          bentuk kritiknya lebih lebih kepada sekadar anjuran yang mencoba bekerja
                          dengan penjelasan lebih terperinci yang kadangkala juga banyak hal yang
                          terlupakan 

     - Evocative;   Kritik evokatif tidak dilihat dalam konteks benar atau salah tetapi makna yang
                         terungkap dan penglaman ruang yang dirasakan,  tidak perlu menyajikan
                         argumentasi rasional dalam menilai bangunan, Mendorong orang lain untuk turut
                         membangkitkan emosi yang serupa sebagaimana dirasakan kritikus.

     - Impressionistic
Kritik Interpretif pada Museum Serangga Taman Mini 
Indonesia Indah

Museum Serangga - Taman Mini "Indonesia Indah" dengan luas gedung 500 m2, peresmian dan 

pembukaannya dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Soeharto dalam rangka 
Hari Ulang Tahun ke-18 Taman Mini Indonesia Indah, tanggal 20 April 1993.
Saat baru memasuki area museum pengunjung akan disambut oleh gerbang Museum Serangga dan
Taman Kupu yang bertengger baliho kupu-kupu sayap burung. Di depan pintu museum duduk 
patung kumbang tanduk raksasa dan sepasang daun pintu kaca patri bermotif kupu-kupu.
 
Gambar 1. Gerbang Museum Serangga dan Kupu-Kupu


 
Gambar 2. Kaca Patri  Motif Kupu-Kupu
Museum ini sangatlah mungil, tetapi kondisi koleksi prima, ruang pameran bersih, terang,
berpendingin ruangan ( tetapi pada saat saya survey pendingunnya tidak terlalu dingin).
Masalahnya hanya tiket dijual satu paket dengan Taman Aquarium Air Tawar sehingga 
menjadikannya sebagai museum bertarif masuk cukup tinggi.
Gambar 3. Peta Serangga di Indonesia
     















Koleksi museum terdiri sekitar 600 jenis serangga, didominasi oleh kupu-kupu (sekitar 250 jenis)
dan kumbang (sekitar 200 jenis). Koleksi lain mencakup belalang ranting dan belalang daun, 
capung dancapung jarum, jangkrik dan gangsir, kecoak, ngengat, orong-orong/anjing tanah, 
kerabat tonggeret. Selain spesimen serangga awetan kering, museum menampilkan koleksi serangga 
hidup yaitu belalang ranting dan belalang daun. Seluruh koleksi dipamerkan dalam kotak kaca. 
Dengan pencahayaan yang cukup baik.
 Gambar 4. Koleksi di Dalam Kotak Kaca


       









      
        
                Gambar 5. Pencahayaan Dari Kotak Kaca










        

        

Selain terdapat ruangan yang memajang berbagai macam kupu-kupu dan serangga yang 
diawetkan, terdapat pula taman yang berisi berbagai macam kupu-kupu dari berbagai daerah serta 
buanga-bunga yang dapat menarik perhatian kupu-kupu. Antara taman kupu-kupu dengan museum 
dibatasi oleh tirai yang terbuat dari rantai, dan yang pertama kali dapat dilihat saat masuk ke dalam 
museum kupu-kupu adalah sebuah arca dengan tulisan Taman Kupu. 

Gambar 6. Pencahayaan Alami Museum




       



















Gambar 7. Jalan Menuju Taman Kupu-Kupu
















Gambar 8. Kupu-Kupu di Taman Kupu















Secara keseluruhan museum ini memang cukup terawat, namun menurut saya pribadi museum ini 

kurang atraktif. Tatanan di dalam museum terlalu monoton dengan interior yang monoton pula, 
sehingga kurang menarik jika berlama-lama di dalamnya.

Sumber :
  • http://kuliaharsitektur.blogspot.com/2008/11/sejarah-teori-dan-kritik-arsitektur.html
  • http://www.museumindonesia.com/museum/9/1/Museum_Serangga_dan_Taman_Kupu_Jakarta_
  • http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/raziq_hasan/materi-kuliah/kritik-arsitektur/
  • Dokumentasi pribadi




Sabtu, 21 April 2012

Conservation Area in Thailand

Grand Palace
Grand Palace atau Kota istana berfungsi tempat tinggal raja. Dari kerajaan Raja Rama I Agung sampai Raja Rama V tinggal di Grand Palace, Bangkok.
Grand Palace merupakan salah satu tempat yang menjadi daya tarik wisata. Grand Palace ini menduduki  peringkat 16 di dunia dengan pengunjung pada tahun 2549 jumlahnya mencapai 8.995.000 orang.
Setelah pemerintahan Raja Rama I Agung pemerintahan era baru. Istana ini dibangun dengan. Istana ini menempati hari ini pada mulanya merupakan masyarakat di Cina. Ia diperintahkan. Migrasi Cina untuk pemukim baru ini ke daerah pasar tradisional hari ini. Istana Kerajaan terletak di Jalan Royal Palace wilayah metropolitan. Bangkok berdekatan dengan tengara oleh waktu.
  • Utara dengan Sanam Luang
  • Timur dengan Departemen Pertahanan
  • Selatan dengan Wat Phra Magclaram
  • Barat dengan sungai
Luas Istana Kerajaan pada masa pemerintahan Raja Rama I 132 hektar. Sedangkan pada masa pemerintahan Raja Rama II seluas 152 hektar. Tata letak istana tidak  dibangun berdekatan dengan sungai. Menghadap utara dengan sungai. Di sebelah barat dinding sisi istana, dinding luar. Dan Emerald Buddha Temple istana sebagai kerajaan candi. Wat Phra Sri Sanphet Ayutthaya, yang terletak di timur.


The Grand Palace digunakan sebagai tempat tinggal dan pusat administrasi mahkota smpai saat ini. Daerah pelataran luar digunakan sebagai Biro, Kantor Sekretaris Utama Pribadi Mulia dan Royal Academy  dan pengadilan negeri .


1. Kuil Emerald Buddha.
2. Biro Bangunan.
3.  Kantor Sekretaris Utama Pribadi Mulia
4.  Juri di aula
5.  SALA Heart Association.
6.  Museum Emerald Buddha Temple.
8.  Pangeran kapal pesiar dengan diagnosa.
9.  Nya luas istana.
10.  Imperial istana surga.
11.  Balai Dusita Kategori.
12.  Rudi kerajaan tahta.
13.  Tenis Balai Mon
14.  Seni Profesor Sharp.
15.  Galeri dari surga Eden.
16.  Seni Istana peninggalan.
17.  Chakri Maha Prasat Throne Hall.
18.  Balai Tempat Boromaat.
19.  Kerajaan Aupbati Mulia Ilahi.
20.  Boromrajasathitmaholarn raksasa tahta.
21.  Dusit Maha Prasat Throne Hall.
22.  Pi berwarna royal pengobatan.
23.  Keselamatan istana kerajaan jubah.
24.  Tahta kerajaan pada Asosiasi Umum.
25.  Casting ruang mesin.
26.  Bagian bawah simulator.
27.  Sivalai taman.
28.  Boromphiman tahta.
29.  Mahisorn kerajaan istana.
30.  Maha Prasat Throne Hall Sivalai.
31.  Kategori dalam warna kerajaan.
32.  Apa aliran Buddha.
33.  Chai Assembly Hall.
34.  Pelatihan Bersih Aula istana surga.
35.  Pengadilan negeri tingkat.



Sungai Chao Phraya

Chao Phraya adalah sungai utama di Thailand, dengan dataran rendah aluvial yang membentuk bagian tengah Negara. Sungai ini menggalir melalui Bangkok, ibukota, dan kemudian bermuara di Teluk Thailand.

Chao Phraya merupakan pertemuan dari sungai Ping dan Nan sungai di Nakhon Sawan (juga disebut Pak Nam Pho) di provinsi Nakhon Sawan. Sungai ini kemudian mengalir ke selatan untuk 372 kilometer (231 mil) dari pusat dataran menuju Bangkok dan Teluk Thailand. Dalam Chainat , sungai terbagi menjadi hidangan utama dan Chin Tha sungai, yang kemudian mengalir sejajar dengan sungai utama dan keluar di Teluk Thailand, sekitar 35 kilometer (22 mil) barat Bangkok pada Samut Sakhon . Di daerah dataran rendah aluvial yang dimulai di bawah Dam Chainat , kanal kecil ( Khlong ) memisahkan diri dari sungai utama. Khlong Yang digunakan untuk irigasi sawah di kawasan itu.
Titik koordinat sungai adalah 13 N, 100 E. Daerah ini memiliki iklim monsoon basah, dengan lebih dari 1.400 mm curah hujan per tahun, dan kisaran suhu dari 24 ° C sampai 33 ° C di Bangkok.



Wat Arun
 Wat Arun Rajwararam ( Temple of Dawn ) adalah kuil Buddha di Bangkok Yai distrik Bangkok, Thailand di Thonburi barat tepi Chao Phraya Sungai. Nama lengkap candi Wat Arun Ratchawararam berasal dari nama Aruna, Allah India Dawn. Arun Wat dianggap salah satu yang paling terkenal banyak landmark Thailand. Digambar pada sebuah novel oleh penulis Jepang Yukio Mishima ( The Temple of Dawn -  Danau Kesuburan). Candi ini dinamakan demikian karena cahaya pertama pagi hari mencerminkan dari permukaan candi dengan permainan warna mutiara. Biara telah ada selama bertahun-tahun sejak hari-hari ketika Ayutthaya adalah ibukota Thailand. Pada saat yang bernama Wat Mokok, terletak di sebuah tempat bernama Tumbol Bangmakok. Para Bangmakok kata, berarti "Desa Olive", sejak itu disingkat menjadi "Makok".
Candi ini awalnya dikenal sebagai Wat Chaeng. Awalnya kuil ini terletak di istana dan selama waktu Rama I pindah ke sisi lain sungai. Kuil ini ditinggalkan untuk jangka waktu sampai Rama II , yang memulihkan kuil dan pagoda untuk memperpanjang 70 juta. The Wat eshrined zamrud Buddha sebelum dipindahkan ke Bangkok pada 1785 AD dan diyakini bahwa Raja Taksin bersumpah untuk mengembalikan Wat setelah melewati salah satu fajar.
Fitur utama dari Wat Arun adalah yang sentral prang ( Merah bergaya menara) yang bertatahkan porselen berwarna-warni. Hal ini ditafsirkan sebagai sebuah stupa seperti pagoda incrusted dengan fayans berwarna tinggi ini dilaporkan oleh berbagai sumber sebagai antara 66,8 m (219 kaki) dan 86 m (282 kaki). Sudut dikelilingi oleh empat prangs satelit yang lebih kecil. Para prangs dihiasi oleh kerang dan potongan porselen yang sebelumnya telah digunakan sebagai pemberat oleh kapal datang ke Bangkok dari Cina. Para ketua Buddha gambar, berperan dalam pemerintahan Rama II, dikatakan telah dibentuk oleh raja dirinya sendiri. Abu Raja Rama II dimakamkan di dasar gambar. Pembangunan prang tinggi dan empat yang lebih kecil dimulai oleh Raja Rama II selama 1809-1824 AD dan diselesaikan oleh Raja Rama III (1824-1851). Menara yang didukung oleh barisan setan dan monyet. Langkah yang sangat curam dan sempit mengarah ke balkon tinggi di menara pusat. Lingkar pangkal struktur adalah 234 meter, dan prang pusat adalah 250 kaki tinggi.
Para prang pusat atasnya dengan tujuh cabang trisula, disebut oleh banyak sumber sebagai " Trident Siwa ". Sekitar dasar prangs adalah berbagai tokoh tentara Cina kuno dan hewan. Selama teras kedua empat patung Hindu dewa Indra naik pada Erawan . Dalam ikonografi Buddha, prang sentral dianggap memiliki tiga tingkat simbolik - dasar untuk Traiphum menunjukkan semua alam kehidupan, tengah untuk Tavatimsa dimana semua keinginan yang Devaphum yang menunjukkan memuaskan dan atas menunjukkan enam langit dalam waktu tujuh alam kebahagiaan. Pada tepi sungai enam paviliun ( sala ) dalam gaya Cina. Paviliun terbuat dari granit hijau dan mengandung jembatan pendaratan.
Di samping prangs adalah Aula Pentahbisan dengan gambar Buddha Niramitr seharusnya dirancang oleh Raja Rama II. Pintu masuk depan Aula Pentahbisan memiliki atap dengan puncak menara sentral, didekorasi dengan keramik berwarna dan stuccowork sheated dalam berwarna cina. Ada dua setan, atau wali candi angka, di depan. Mural diciptakan pada masa pemerintahan Rama V














Minggu, 27 November 2011

Analisis Mengenai Dmapak Lingkungan ( AMDAL )

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidupyang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek Abiotik, Biotik, dan Kultural. Dasar hukum AMDAL adalah Peraturan PemerintahNo. 27 Tahun 1999 tentang "Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup".


Dokumen AMDAL terdiri dari :

  • Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)
  • Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
  • Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
  • Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)


AMDAL digunakan untuk:

  • Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
  • Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan
  • Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau kegiatan
  • Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
  • Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan


Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:

  • Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL
  • Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
  • masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL.

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:


  1. Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step scoping by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006
  2. Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002
  3. Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan Permen LH NO. 08/2006
  4. Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008



~ STUDI KASUS AMDAL ~

Banda Aceh l Harian Aceh—Walikota Sabang, Munawarliza Zainal, meminta Badan Pengusahaan Kawasan Sabang dan Pelabuhan bebas Sabang (BPKS) untuk menghentikan seluruh kegiatan reklamasi pantai Sabang berikut serta perluasan kawasan indstri Balohan karena tidak memiliki analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal).

“Saya sudah bertemu gubernur dan menyampaikan agar reklamasi itu dihentikan sampai ada amdalnya,” kata Munawarliza, kepada Harian Aceh, kemarin.
Menurut dia, permintaan penghentian disampaikan melalui surat ke BPKS. “Dengan gubernur kita membahas surat tersebut,” katanya, menambahkan bahwa dirinya telah mengirim surat 3 Maret 2008. Selain ditujukan ke BPKS, surat walikota ditembuskan ke Gubernur Aceh dan Bapedalda Provinsi NAD. Belum adanya studi Amdal itu sendiri berdasar pengakuan Kepala Bapedalda Provinsi NAD bahwa semua proyek reklamasi/pembangunan pelabuhan Sabang dan kawasan industri di Balohan Sabang sama sekali belum ada studi amdalnya. Padahal dalam laporan yang disampaikan manajemen BPKS dalam rapat dengan DKS pada 14 Februari 2008 lalu, diakui kepala BPKS sudah dibuat Amdalnya.

Walikota sendiri mengaku bertemu Gubernur Irwandi Yusuf di sela-sela kesibukan gubernur menyeleksi calon pejabat eselon II yang diumumkan Rabu (5/2). Setelah pertemuan itu, Walikota Sabang memerintahkan Bapedalda Kota Sabang mengecek keakuratan data setelah terjadi silang pendapat. Kini sudah diketahui bahwa Bapedalda NAD sama sekali belum membahas Amdal BPKS. “Jangankan mengeluarkan rekomendasi, menganalisa saja belum,” kata Munawarliza. Atas dasar laporan ini, Walikota akhirnya mengeluarkan surat pemberhentian pelaksanan proyek tersebut, sampai ada keputusan yang tetap tentang Amdalnya. Gara-gara keteledoran pemimpin BPKS ini, wacana tentang penggantian manajemen badan ini semakin menguat. Dan ini memberikan jalan mulus bagi Gubernur Irwandi untuk mengganti Syaiful Achmad dari ketua BPKS. “Pertemuan dengan gubernur memang langsung mengevaluasi kinerja manajemen BPKS,” kata Munawarliza. Masalahnya, proyek pembangunan yang dilaksanakan BPKS tanpa Amdal itu jelas manipulasi data laporannya ke Dewan Kawasan Sabang (DKS) yang diketua gubernur. Ketua BPKS, Teuku Syaiful Achmad, mengaku memang soal Amdal dinilai bermasalah. Akan tetapi, ini tidak dapat dijadikan acuan dasar untuk mengganti manajemen BPKS.

Ada beberapa perbaikan yang sudah disepakati bersama dalam rapat dengan Dewan Kawasan Sabang (DKS) pada 14 Februari lalu, yaitu masalah Amdal pelabuhan Hubport yang jadi masalah. “Dengan diterimanya Amdal pada rapat Komite Amdal Aceh tanggal 3 Maret 2008, masalah Amdal Hubport Sabang selesai,” katanya. Pembangunan Hubport Teluk Sabang, kata dia, dikembangkan oleh sementara pihak. Namun perlu diketahui juga, seakan-akan tidak diterimanya Dublin Port, padahal kini sudah dituntaskan. Pada rapat BPKS dengan Dublin Port 17-18 di Jakarta dan dipertegas kembali dalam rapat BPKS-Dublin Port di Hermes Palace Hotel Banda Aceh, Senin (3/3), masalah itu sudah selesai.

Manajemen juga sedang menyiapkan neraca BPKS untuk ditanda tangani dan segera kita laporkan ke gubernur selaku ketua DKS. “Inilah poin-poin penting dari beberapa kekurangan manajemen BPKS yang sedang menjadi sorotan publik dan sudah kita tuntaskan,” ungkap Syaiful. Walikota Sabang selaku anggota DKS menyatakan jawaban Ketua BPKS hanya jawaban normatif. Rapat komite Amdal di kantor Bapedalda Provinsi NAD belum ada keputusan kesepakatan Amdal, tetapi baru dibahas kerangka acuan Amdalnya. “Jadi perlu diketahui oleh semua, pihak Komite Amdal Bapedalda provinsi NAD masih membahas kerangka acuan,” tegas Munawar. Jadi? “Proyek itu harus dihentikan dulu. Ini bukan untuk menghambat pembangunan yang dilaksanakan oleh BPKS,” katanya. “Kita harus bekerja sesuai aturan yang berlaku, serta amanah untuk melestarikan, menjaga terjadinya kerusakan ekosistem alam di Kota Sabang,” demikian Munawarliza


- http://harian-aceh.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2072&Itemid=27