Cat menjadi salah satu bagian yang tak terpisahkan dari sebuah rumah. Cat menjadikan dinding lebih indah dengan berbagai pilihan warnanya.
Namun sayangnya bahan baku cat sintesis kurang ramah terhadap lingkungan. Kandungan timbal dan merkuri dapat membahayakan kesehatan manusia, dan bahan pengencer cat yang berbasissolvent saat menguap dapat menyebabkan mata pedih dan dapat mengganggu sistem pernafasan.
Memang tidak semua produk cat mengandung bahan-bahan yang berbahaya. Beberapa produk cat sudah bersertifikasi bebas merkuri dan timbal. Sejumlah produsen pun sudah memasarkan cat dengan pengencer air yang ramah lingkungan.
Saat ini sudah ditemukan inovasi terbaru, yaitu cat dengan bahan baku alami. Inovasi terbaru ini merupakan ide dari Heinz Frick seorang arsitek, dosen yang juga merupakan salah satu praktisi rumah ramah lingkungan, dan dikembangkan oleh Akademi Kimia Industri (AKIN).
Saat ini AKIN sudah dapat memroduksi cat tembiok dengan merk S.A.E, walaupun dalam kapasitas dan pilihan warna yang terbatas.
Beberapa warna yang sudah tersedia antara lain :
1. Warna coklat dari daun jati
2. Warna kuning dari kunyit
3. Warna merah dari tumbukan batu bata
4. Warna hijau dari daun pandan
Perbedaan cat ini dengan cat yang ada di pasara, tentu saja dari komposisi bahannya yang terdiri dari bahan-bahan alami tanpa bahan kimia yang berbahaya, sehingga relatif aman digunakan dan tidak membahayakan kesehatan.
Bahan-bahan untuk membuat cat dasar (berwarna putih) adalah sebagai berikut :
1. Kapur tohor (CaO) sebagai pengisi (filter) 20%
2. Kasein dari susu skim (dari hewan) sebagai zat adesif dan polimer alami 5%
3. Minyak rami (linseed oil) untuk fleksibilitas, elastisitas, dan adesif sebanyak 2%
4. Air
Cara pembuatannya, kapur tohor dilarutkan kedalam air, lalu ditambahkan krim dan minyak rami, lalu diaduk hingga benar-benar terlarut. Bila ingin memproduksi cat yang berwarna, cat dasar ini dicampur dengan pewarna yang alami, seperti daun-daunan.
Nilai plus dari cat ini adalah tidak mengandung bahan sintesis yang berbahaya atau zat pelarut yang dapat menimbulkan alergi. Bahan-bahan alami ini relatif lebih murah dibanfingkan dengan bahan sintesis.
Disamping itu bahan baku cat ini mudah didapat. Dan bagi bangunan sendiri, cat alami ini tidak akan merusak tembok secara kimiawi. Ketika diaplikasikan, cat ini menghasilkan pori-pori yang membuat tembok dapat bernafas, sehingga tembok tidak cepat lapuk, dan berumur panjang.
Namun bukan berarti cat ini tanpa cela. Kekurangan yang utama adalah kapasitas produksi yang masih terbatas. Pewarna alaminya pun juga masih terbatas, belum sekaya warna-warna cat sintesis. Pewarna alami juga menentukan keawetan cat, sehingga daya tahan cat tidak dapat seragam.
Dari segi keawetan dan ketahan, kekuatan adesif polimer alami masih belum sebanding dengan polimer sintesis. Artinya, daya rekat cat alami ini ke tembok tidak sekuat cat sintesis. Karena itu cat alami ini lebih disarankan untuk diaplikasikan ke permukaan tembok yang kasar (bukan acian halus) agar cat dapat menempel lebih kuat.