Selasa, 29 Januari 2013

Kritik Arsitektur



Sekilas Tentang Kritik Arsitektur

Kritik merupakan rekaman dari tanggapan terhadap lingkungan buatan (built environment). Kritik meliputi semua tanggapan termasuk tanggapan negatif dan pada hakekatnya kritik bermaksud menyaring dan melakukan pemisahan. Ciri pokok kritik adalah pembedaan dan bukan penilaian (misalnya : reaksi penduduk terhadap rancangan pemukiman dilakukan dengan metode penyampaian tanggapan).
Metode kritik arsitektur terdiri dari :
  • Kritik Normatif; kritik ini berdasarkan pada pedoman baku normatif.
  •  Kritik Penafsiran atau Kritik Interpretif; kritik ini merupakan penafsiran dan bersifat pribadi.
  • Kritik Deskriptif; bersifat tidak menilai, tidak menafsirkan, semata-mata membantu orang melihat apa yang sesungguhnya ada, menjelaskan proses terjadinya perancangan bangunan.
Pada kesempatan kali ini saya idak akan membahas lebih mendalam satu persatu metode krtik arsitektur. Saya hanya akan membahas salah satu metode dari kritik arsitektur, yaitu Kritik Interpretif atau bisa disebut Kritik Penafsiran pada bangunan Museum Serangga yang berlokasi di Taman Mini Indonesia Indah.

Sekilas Mengenai Kritik Interpretif 

Hakikat Metode Kritik Interpretif
  • Kritikus sebagai seorang interpreter atau pengamat yang sangat personal
  • Bentuk kritik cenderung subjektif namun tanpa ditunggangi oleh klaim doktin, 
  • klaim objektifitas melalui pengukuran yang terevaluasi
  • Mempengaruhi pandangan orang lain untuk bisa memandang sebagaimana yang kita lihat
  • Menyajikan satu perspektif baru atas satu objek atau satu cara baru memandang bangunan 
  • Melalui rasa artistiknya mempengaruhi pengamat merasakan sama sebagaimana yang ia alami
  • Membangun satu karya “bayangan” yang independen melalui bangunan sebagaimana miliknya
Di dalam metode kritik interpretif ada 3 teknik yang digunakan yaitu :
     - Advocatory; Kritik ini tidak diposisikan sebagai bentuk penghakiman (judgement).
                          bentuk kritiknya lebih lebih kepada sekadar anjuran yang mencoba bekerja
                          dengan penjelasan lebih terperinci yang kadangkala juga banyak hal yang
                          terlupakan 

     - Evocative;   Kritik evokatif tidak dilihat dalam konteks benar atau salah tetapi makna yang
                         terungkap dan penglaman ruang yang dirasakan,  tidak perlu menyajikan
                         argumentasi rasional dalam menilai bangunan, Mendorong orang lain untuk turut
                         membangkitkan emosi yang serupa sebagaimana dirasakan kritikus.

     - Impressionistic
Kritik Interpretif pada Museum Serangga Taman Mini 
Indonesia Indah

Museum Serangga - Taman Mini "Indonesia Indah" dengan luas gedung 500 m2, peresmian dan 

pembukaannya dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Soeharto dalam rangka 
Hari Ulang Tahun ke-18 Taman Mini Indonesia Indah, tanggal 20 April 1993.
Saat baru memasuki area museum pengunjung akan disambut oleh gerbang Museum Serangga dan
Taman Kupu yang bertengger baliho kupu-kupu sayap burung. Di depan pintu museum duduk 
patung kumbang tanduk raksasa dan sepasang daun pintu kaca patri bermotif kupu-kupu.
 
Gambar 1. Gerbang Museum Serangga dan Kupu-Kupu


 
Gambar 2. Kaca Patri  Motif Kupu-Kupu
Museum ini sangatlah mungil, tetapi kondisi koleksi prima, ruang pameran bersih, terang,
berpendingin ruangan ( tetapi pada saat saya survey pendingunnya tidak terlalu dingin).
Masalahnya hanya tiket dijual satu paket dengan Taman Aquarium Air Tawar sehingga 
menjadikannya sebagai museum bertarif masuk cukup tinggi.
Gambar 3. Peta Serangga di Indonesia
     















Koleksi museum terdiri sekitar 600 jenis serangga, didominasi oleh kupu-kupu (sekitar 250 jenis)
dan kumbang (sekitar 200 jenis). Koleksi lain mencakup belalang ranting dan belalang daun, 
capung dancapung jarum, jangkrik dan gangsir, kecoak, ngengat, orong-orong/anjing tanah, 
kerabat tonggeret. Selain spesimen serangga awetan kering, museum menampilkan koleksi serangga 
hidup yaitu belalang ranting dan belalang daun. Seluruh koleksi dipamerkan dalam kotak kaca. 
Dengan pencahayaan yang cukup baik.
 Gambar 4. Koleksi di Dalam Kotak Kaca


       









      
        
                Gambar 5. Pencahayaan Dari Kotak Kaca










        

        

Selain terdapat ruangan yang memajang berbagai macam kupu-kupu dan serangga yang 
diawetkan, terdapat pula taman yang berisi berbagai macam kupu-kupu dari berbagai daerah serta 
buanga-bunga yang dapat menarik perhatian kupu-kupu. Antara taman kupu-kupu dengan museum 
dibatasi oleh tirai yang terbuat dari rantai, dan yang pertama kali dapat dilihat saat masuk ke dalam 
museum kupu-kupu adalah sebuah arca dengan tulisan Taman Kupu. 

Gambar 6. Pencahayaan Alami Museum




       



















Gambar 7. Jalan Menuju Taman Kupu-Kupu
















Gambar 8. Kupu-Kupu di Taman Kupu















Secara keseluruhan museum ini memang cukup terawat, namun menurut saya pribadi museum ini 

kurang atraktif. Tatanan di dalam museum terlalu monoton dengan interior yang monoton pula, 
sehingga kurang menarik jika berlama-lama di dalamnya.

Sumber :
  • http://kuliaharsitektur.blogspot.com/2008/11/sejarah-teori-dan-kritik-arsitektur.html
  • http://www.museumindonesia.com/museum/9/1/Museum_Serangga_dan_Taman_Kupu_Jakarta_
  • http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/raziq_hasan/materi-kuliah/kritik-arsitektur/
  • Dokumentasi pribadi