“ Menjadikan atap berwarna putih di lingkungan kota akan memmbuat emisi karbon yang dapat dikurangi setara dengan emisi yang dikurangi oleh kendaraan bermotor selama 11 tahun “, ungkap Steven Chu, Menteri Energi Amerika Serikat. Steven Chu merupakan menteri dalam cabinet Barack Obama yang juga seorang perih hadiah Nobel di bidang fisika. Menurutnya jika gagasan tersebut dapat direalisasikan, emisi karbon dapat dikurangi hingga mencapai 44 miliar ton atau setara dengan menyingkirkan seluruh mobil dari jalanan selama 18 tahun. Dengan kondisi factual bahwa atap-atap bangunan memiliki sudut kemiringan tertentu sehingga proses pemantulan cahaya matahari tidak sempurna, itupun dapat dapat mengurangi emisi karbon sampai 24 miliar ton.
Namun secara sederhana kita dapat menemukan jawaban mengapa atap putih mampu mengurangi panas, dari fenomena sehari-hari. Di siang hari yang terik, kita akan merasa lebih nyaman bila memakai baju warna putih atau terang ketimbang warna gelap, apalagi hitam. Warna hitam akan menyerap panas dari matahari sehingga tubuh kita akan merasa kegerahan dan kita butuh energy lebih banyakuntuk membuat tubuh kita nyaman, dengan minum air lebih banyak, mengipasi tubuh, sampai memakai alat bantu beraneka ragam agar merasa lebih nyaman.
Sejak kecil kita diajarkan warna putih bersifat memantulkan cahaya, sedangkan hitam menyerapnya. Dengan “tutup kepala” yakni atap rumah yang berwarna putih atau terang ( bukan warna hitam atau warna gelap ) ruangan dalam rumah cenderung lebih dingin sehingga energy untuk pendingin udara pun dapat dikurangi secara signifikan. Bila dibutuhkan pendingin udara, ia tidak akan bekerja terlalu terforsir akibat panas yang diterima ruangan rumah tidak setinggi atap berwarna gelap.
Suatu bidang yang berwarna putih atau pucat akan memantulkan cahaya 80% cahaya matahari yang menerpa permukaan bidang , sedangkan yang berwarna gelap hanya 20%. Dengan panas yang dipantulkan kembali ke atmosfer temperature bumi menjadi lebih dingin, ditambah lagi tidak dibutuhkan energy ekstra untuk membuat ruangan dalam bangunan menjadi lebih dingin.
Panas yang terserap pada benda-benda berwarna gelap akan terjebak pada material-material akan tetap bertahan di permukaan bumi Karena terselubungi oleh gas-gas pembentuk rumah kaca seperti karbondioksida, metana, dan karbonmonoksida.
Namun, mengecat atap bisa menimbulkan resiko ketidaknyamanan visual, apalagi jika dipakai pada bangunan rendah. “ Silaunya bisa mengganggu mata. Namun sebaliknya jika diterapkan pada bangunan tinggi, “ ungkap Yandi Andri Yatmo, dosen Departemen Arsitektur Universitas Indonesia.
Sementara Dr.Ing.Ir. Haryo Sulistyarso, Kepala perencanaan Kota Institut Teknologi sepuluh November (ITS) Surabaya mengatakan, efek dari pengecatan atap tergantung pada tiga hal, yakni jenis cat yang digunakan, material atap/genteng, dan sudut kemiringannya. Bila atap tegak lurus arah sinar, ia akan memantulkan, tetapi dengan bentuk atap yang rata-rata miring panas itu justru menyebar ke sekeliling lingkungan dan bisa mengganggu sekitarnya. Sudut atap yang miring juga mengakibatkan paparan sinar matahari yang terpantul tidak bisa sepanjang hari penuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar