beton ringan aerasi bisa dikatakan sebagai material yang ramah lingkungan karena penambangan bahan bakunya sebisa mungkin tidak merusak lingkungan. Ini berbeda dengan proses pembuatan bata tradisional yang penambangan bahan bakunya merusak kondisi lingkungan, karena tanah yang diambil adalah tanah permukaan. Pada umumnya, kondisi tanah permukaan ini mengandung humus tinggi yang dibutuhkan tanaman agar bisa tumbuh subur.
Jika tanah permukaan diambil dari bahan baku pembuatan bata dan tidak dikembalikan kesuburannya, maka lama-kelamaann tanah pertanian Indonesia menjadi berkurang. Alhasih, Indonesia akan mengimpor hasil pertanian dari luar negeri. Hal ini mengingat, sebagian besar pengambilan tanah liat berasal dari tanah pertanian.
kira2 berapa ya perbandingan jejak karbon batu bata lokal yang diambil dari kampung sebelah, dengan beton aerasi yg bahan bakunya memotong bukit kapur, dan produksinya dari luar propinsi???
BalasHapusada tuh eco-brick yang materialnya diambil dari limbah peternakan (ada juga beberapa daerah di nusa tenggara yang memakai kotoran binatang untuk pelapis dinding ataupun lantai.)
cek, http://ecofaebrick.com/index.html